Lumpur untuk Samak Usus

MALAYSIA adalah tempat menggiurkan bagi para tenaga kerja wanita (TKW) asal Indonesia untuk mengadu peruntungan. Hampir di seluruh pelosok negara jiran itu terdapat tenaga kerja asal Indonesia yang mengais rezeki. Selain yang bernasib baik, ternyata tidak sedikit pula TKW yang bernasib malang karena mendapat majikan yang tidak menghargai agama dan kultur Indonesia.
Maryam (30), janda dua anak asal Lombok, Nusa Tenggara Barat, termasuk dalam kelompok TKW yang tak beruntung. Dia datang ke Malaysia pada Agustus 2013 melalui Batam menggunakan jasa agency. Ditempatkan di rumah warga turunan Cina di Selangor sebagai pembantu rumah tangga dan dijanjikan bergaji 800 ringgit. Tapi baru sebulan gaji dia terima setelah bekerja selama Agustus-Desember 2013.
Oleh sang majikan yang beragama Budha dia diminta untuk hidup layaknya Cina. Sang majikan setiap hari mengingatkan bahwa dirinya tidak mau melihat penghuni rumahnya memakai jilbab, berambut panjang, dan mengenakan mukena untuk shalat, apalagi melantunkan ayat-ayat Alquran. Sebaliknya sang majikan berpesan agar Maryam menjalani hidup layaknya majikan, berpakaian seperti majikan, makan seperti majikan, dan seterusnya.
Mendapat perlakuan seperti itu, batin Maryam menjerit. Setiap malam dia menangis karena harus memamerkan aurat dengan mengenakan rok mini, harus meninggalkan shalat, dan yang paling berat adalah diajak makan babi. Setiap hari dia diminta membersihkan daging babi, memotong-motongnya, memasak dan menyajikannya ke meja makan.
“Saya pernah membersihkan satu ekor babi hutan yang sedang hamil. Daging bayi babi ikut saya bersihkan dan saya simpan dalam kulkas untuk dimasak keesokan harinya sesuai perintah majikan,” aku Maryam yang ditemui di sebuah rumah perlindungan anak yatim di Kuala Lumpur, Sabtu (4/1/2014).
“I pusing lihat orang pakai kain serbaputih dan shalat. You harus hidup layaknya Cina dan tak boleh puasa. You harus makan daging babi seperti Cina,” begitu kalimat yang hampir setiap hari diucap majikan pada Maryam.
Selama empat bulan Maryam hidup dalam tekanan. Dia harus bersembunyi untuk dapat menunaikan shalat. Dia juga sering tak makan nasi karena tak kuasa menyantap daging atau bekas daging babi. “Saat tak ada majikan di rumah, saya memasak nasi lain walau saya mengetahui setiap makanan di rumah itu sudah bersentuhan dengan babi,” ujarnya.
Maryam merasa seluruh tubuhnya termasuk ususnya sudah bernajis. Maka setiap seminggu sekali dia berupaya menyucikan tubuh dengan menyamak (mengaliri air tanah ke seluruh tubuh) hingga meminum air lumpur. “Tiap minggu saya minum air tanah untuk menyucikan usus yang sudah terkena babi,” katanya.
Karena merasa tidak tahan menjalani hidup kotor, setiap malam Maryam menangis dan meminta pertolongan Allah agar segera terbebas derita itu. Suatu hari dia bertemu teman sekampung yang menjadi pembantu di rumah saudara majikannya. Temannya itu berusaha menghibur Maryam dan memberinya beberapa majalah wanita untuk dibaca.
Pada salah satu halaman di majalah itu terdapat kisah perempuan yang mengabdikan hidupnya untuk melindungi orang-orang yang hidup dalam kesulitan melalui yayasan. “Di sana terdapat foto yang tertera nomor HP yayasan dimaksud. Saya berusaha menghubungi nomor HP itu dan kebetulan diangkat langsung oleh Ummi Zainab selaku pimpinan,” kisah Maryam.
Setelah Maryam menceritakan deritanya, Ummi Zainab (59) bersedia menjemputnya tatkala sang majikan sedang tidak di rumah. Zainab memberanikan diri datang ke sana bahkan menitipkan KTP di gerbang keamanan saat memasuki kompleks elite tempat Maryam tinggal.
“Saya menyerahkan diri pada Allah dan sesampai di depan pagar rumah majikan, Maryam segera naik ke mobil dan kami pun ke luar kompleks itu dengan tenang walau sempat dag dig dug saat mengambil KTP di pos satpam ketika pulang,” ungkap Ummi Zainab, Sabtu (4/1/2014).
“Alhamdulillah, Allah telah mengabulkan doa saya. Kini saya dapat kembali shalat lima waktu, mengaji, dan belajar bersama-sama anak-anak yatim di yayasan milik Ummi Zainab,” ujar Maryam sambil menahan tangis. [email penulis: hb_noor@yahoo.com]

0 komentar:

Posting Komentar