Malaysia Gaet Wisatawan

MALAYSIA termasuk dalam list negara yang maju. Bahkan memiliki program yang sangat luar biasa maju dalam memantapkan strateginya untuk menyukseskan ‘Visit Malaysia 2014’. Salah satu acara yang baru saja saya ikuti adalah paket wisata bersama kereta api (Railway Tourism). Kegiataan ini merupakan program Pemerintah Malaysia bekerja sama dengan Perkeretaapian Malaysia demi mengenalkan kebudayaan dan pariwisata tanah Melayu.
Program wisata dengan tema Package Railway Association Tourism ini diadakan sekaligus dalam rangka Peresmian Program Paket Wisata tersebut, selain peresmian Victoria Bridge dan Program Malaysia Bersih, serta Program Malaysia Hijau.
Kegiatan ini diselenggarakan tiga hari, medio Januari lalu. Beragam acara digelar untuk memperkenalkan budaya tradisional Melayu. Di antaranya demontrasi masakan tradisional, adat perkawinan Melayu, serta permainan tradisional Melayu.
Untuk mendukung keberlangsungan acara ini juga diadakan program berbagi pengalaman budaya dan gaya hidup bersama keluarga singgah di perumahan masyarakat Melayu (homestay).
Program Railway Tourism ini diperuntukkan khusus bagi 55 mahasiswa(i) yang berasal dari luar Malaysia serta 100 orang awak media lokal dan internasional. Salah satu persyaratan untuk mahasiswa adalah adanya rekomendasi dari universitas tempat mereka belajar. Pendaftaran pada program ini telah dibuka secara online. Saya bersama dua peserta lainnya yang terpilih mewakili Aceh mendapat rekomendasi khusus dari jurusan masing-masing di Unsyiah.
Setelah dua jam penerbangan, akhirnya kami sampai di Bandara Internasional Kuala Lumpur. Bermodalkan aplikasi Google Map, tanya-tanya, serta nekat mengikuti orang ramai naik bus, akhirnya kami sampai di KL Central, tempat peresmian Railway Tourism. Acara ini diresmikan oleh YB Dato’ Seri Mohamed Nazri B Abd Aziz, Menteri Pelancongan dan Kebudayaan Malaysia.
Setelah acara selesai, semua peserta diberangkatkan ke Perak naik kereta api listrik. Dua jam perjalanan, akhirnya kami tiba di Majestic Station Hotel Ipoh, disambut dengan acara dinner bermenu tradisional Melayu, dilanjutkan dengan peresmian acara Railway Tourism oleh YAB Dato’ Seri Diraja Dr Zambry bin Abdul Kadir, Menteri Besar Perak. Kemudian, kami dibagi dalam beberapa kelompok, mewakili mahasiswa dan media, menuju homestay yang berbeda, yaitu Gopeng, Bukit Gantang, dan Kampong Beng. Saya ditempatkan di Kampong Beng, terpisah dari kawan-kawan Aceh yang ditempatkan di Bukit Gantang.
Ternyata Kampong Beng adalah homestay yang paling jauh di antara homestay lainnya. Lebih kurang tiga jam perjalanan menggunakan bus, kami sampai di pelabuhan kecil di pinggiran danau Tasik Raban. Rintik hujan di tengah malam yang gelap, membuat kami harus tetap melek karena harus menyambung perjalanan ke homestay dengan menumpangi boat kecil untuk menyeberangi danau. Perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan ini membuat kami sangat mengantuk. Namun, malam dan rintik hujan tak melunturkan semangat para keluarga singgah berkumpul menunggu kami. Mereka telah menyiapkan minuman dan kue tradisional untuk menyambut kedatangan kami.
Setelah menginap dua malam di homestay, paginya kami berpisah dengan keluarga singgah, dan kembali menyeberangi Tasik Raban untuk melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan menggunakan bus, kami juga mengikuti beberapa acara. Di antaranya “Peresmian Voluntourism Victoria Bridge Green Day 1Malaysia Clean, 1Malaysia Green Program” yang juga disambut dengan meriah oleh masyarakat Perak, serta pengalungan selendang batik untuk para peserta.
Acara ini juga diresmikan oleh Menteri Pelancongan dan Kebudayaan Malaysia, dimeriahkan dengan suara tembakan meriam dan sajian masakan tradisional Melayu sebagai menu makan siang.
Dalam perjalanan ke Stasiunn Keretaapi Ipoh, kami juga mampir di Bandar Ipoh untuk city tour. Setelah itu, kami kembali melakukan perjalanan menuju KL Central dengan kereta api. Railway Tourism ini diakhiri dengan makan malam bersama di Hotel Melur & Hyme.
Bagi yang memiliki hobi travelling, paket wisata ini sangatlah menggoda. Ditambah lagi selama mengikuti program ini, semua akomodasi ditanggung oleh Pemerintah Malaysia, kecuali tiket pulang-pergi. Bagi saya, inilah waktu yang tepat untuk ikut serta mengenalkan Aceh bagi wisatawan asing. Berbekal souvenir yang saya bawa dan booklet wisata yang saya dapatkan dari Disbudpar Aceh serta Disbudpar Kota Banda Aceh, saya membagikannya kepada setiap peserta yang ikut dalam kegiatan ini. Tak lupa pula saya bawa souvenir khusus berupa kopi ulee kareng dan keurupuk mulieng khas Pidie. Memiliki kebanggaan tersendiri rasanya saat bercerita tentang Aceh yang memiliki wisata yang tak kalah hebatnya dengan Malaysia. Beberapa wisatawan sangat penasaran pada Aceh, khususnya tentang syariat Islam serta dahsyatnya tsunami melanda Aceh 9 tahun lalu.
Semoga negara dan daerah lain, khususnya Aceh, tertarik melakukan program wisata seseru ini demi mengundang banyak wisatawan asing untuk terus berkunjung. 
[email penulis: susanti.rina.1989@gmail.com]

0 komentar:

Posting Komentar