Saat Batman Berselimut Zebra

HAMPIR tiga bulan saya berada di Dellroy, Ohio, Amerika Serikat (AS) untuk ikut program pertukaran pelajar yang lamanya sebelas bulan. Menjelang bulan ketiga ini, semua terasa lebih menyenangkan. Terlebih ketika dilaksanakan Homecoming Dance minggu lalu. Dalam even ini hampir semua murid di tempat saya kini bersekolah mengenakan pakaian terbaik yang mereka punya, lalu pergi ke sekolah dan berdansa bersama.
Banyak murid AS lainnya yang datang ke pesta ini dengan teman-temannya. Bukan masalah besar bagi saya, karena masih bisa datang ke pesta itu dengan teman pertukaran pelajar dari Thailand yang tinggal serumah dengan saya. Sesama perempuan tentunya.
Sebelum pesta dansa yang diadakan Sabtu malam, di sekolah kami diadakan Spirit Week yang disebut juga Homecoming Week. Pada minggu ini semua murid diharapkan ikut berpartisipasi dengan berpakaian sesuai tema yang ditentukan. Tema-temanya sangat beragam dan kreatif, membuat murid tertarik untuk ikut.
Pada hari Senin, temanya adalah neon, artinya berpakaian dengan warna-warna cerah yang menyilaukan mata. Banyak sekali murid yang berpakaian dengan warna-warna cerah seperti hijau, pink, oranye, dan lainnya. Saya sendiri memakai kaos putih dengan tulisan berwarna pink terang dan saya padukan dengan jilbab yang tak kalah terang. Kaos tersebut saya pinjam dari host sister (kakak angkat) saya, karena saya tak punya kaos berwarna terang.
Karena saya termasuk salah satu murid yang berpartisipasi pada hari itu, maka saya juga termasuk murid yang difoto. Foto itu termasuk foto yang akan ditampilkan di buku tahunan.
Tema pada hari berikutnya adalah jersey, di mana banyak murid yang memakai kaos jersey masing-masing. Tapi tidak dengan saya, karena saya tak punya koleksi jersey.
Tema hari berikutnya adalah superhero. Sama seperti hari sebelumnya, saya juga tak memiliki kostum superhero apa pun. Jadi, saya tidak ikut pada sesi ini. Hari itu juga tidak banyak murid yang berpartisipasi karena tidak banyak di antara mereka yang memiliki kostum superhero. Hanya beberapa murid yang ikut. Ada yang berpakaian Batman dan Superman. Yang membuat saya terhibur adalah ada beberapa murid yang memakai selimut sebagai pengganti kostum Batman. Selimut yang mereka pakai juga beragam, ada yang bermotif Hello Kitty, zebra, dan lain sebagainya. Bagi saya lucu saja ada Batman berselimut kain motif zebra.
Pada hari keempat, temanya twin. Jadi, pada hari itu kami berpakaian kembar dengan teman masing-masing. Saya sendiri memakai kaos abu-abu yang sama dengan teman saya yang berasal dari Thailand itu. Hari itu kami yang kebetulan sama-sama Asia menjadi saudara kembar. Karena kami ikut berpartisipasi, kami juga ikut difoto.
Hari terakhir Spirit Week mengusng tema white-out, artinya memakai pakaian serbaputih. Saya termasuk murid yang berpartisipasi dengan memakai kaos putih dan jilbab putih. Semua orang mengatakan saya ‘terlalu putih’ pada hari itu. Tentu saja kami juga ikut berfoto dan wajah-wajah kami akan ikut terpampang di buku tahunan nanti. Di hari terakhir ini pula diumumkan pemenang kelas yang aktif berpartisipasi. Hasilnya sangat memuaskan, kelas senior yang saya termasuk di dalamnya jadi pemenang. Meski tak ada hadiah khusus untuk pemenang, tapi itu cukup memuaskan dan membangkitkan semangat.
Ketika pada hari terakhir masuk sesi pesta dansa ada sebagian teman bertanya apakah saya tak boleh melepas jilbab ketika pergi ke pesta? Dengan tegas saya jawab, “Tidak.” Meski demikian, mereka tetap menghargai saya dan sama sekali tak mengisolir saya. Banyak juga di antara mereka yang mengatakan suka penampilan saya serta ada yang menyisipkan topi kecil di atas jilbab saya sehingga terlihat lucu. Ini menunjukkan toleransi yang sangat indah. Jika mereka bebas memperlihatkan tubuh mereka, mengapa saya tak bebas menutup tubuh saya?
[email penulis: shafvina@yahoo.com]a
0 komentar:
Posting Komentar