Janji Bertemu di Stasiun Kereta Api

TOKYO merupakan salah satu kota yang memiliki pelayanan transportasi publik terbaik di dunia. Dengan predikat sebagai kota metropolitan yang termasuk jajaran kota terpadat di dunia, ketersediaan transportasi publik mutlak diperlukan untuk menyokong aktivitas keseharian warga Tokyo dan sekitarnya.
Salah satu moda transportasi andalan warga Tokyo adalah kereta api. Jalur (line) kereta api di Tokyo berjumlah lebih dari 50 line yang dikelola oleh 16 perusahaan kereta api. Jalur terbanyak dengan jumlah 36 line dimiliki oleh Japan Railway (JR) East Company, sebuah grup perusahaan kereta api terbesar di Jepang.
Sistem perkeretaan api bawah tanah (subway) di Tokyo tercatat sebagai jalur terpadat di dunia dalam hal jumlah penumpang. Berdasarkan data wikipedia dan beberapa sumber lainnya, pada tahun 2010 saja jumlah penumpang Tokyo Subway mencapai 3,16 miliar orang. Ini menempati peringkat pertama di atas Beijing Subway (2,18 miliar orang) dan New York City Subway (1,64 miliar orang). Tokyo juga memiliki salah satu stasiun tersibuk di dunia, yaitu Shinjuku Station. Rata-rata setiap harinya ada 3,64 juta orang yang memadati Stasiun Shinjuku, melebihi kepadatan penumpang di stasiun kereta api terbesar di dunia, New York’s Grand Central Terminal.
Bila Anda dari Aceh sedang di Tokyo, hindarilah membuat janji pertemuan di stasiun yang memiliki lebih dari 200 pintu exit ini, karena dapat menyulitkan dan membingungkan, terutama bagi para pendatang.
Kepadatan penumpang kereta api di Tokyo biasanya terjadi pada hari kerja, antara pukul 8-9 pagi. Sedangkan pada hari libur, kepadatan penumpang hanya terjadi di beberapa stasiun yang terletak di daerah pusat keramaian seperti Shinjuku, Shibuya, dan Harajuku. Bila menggunakan kereta pada jam-jam sibuk, kita akan merasakan bagaimana kepadatan penumpang yang menyebabkan tubuh kita terdorong ke kiri, ke kanan, ke depan, dan ke belakang oleh penumpang yang akan naik maupun turun.
Cara penumpang yang akan naik ke kereta juga tergolong unik. Mereka akan memutar badannya sesaat setelah naik ke kereta, sehingga posisi tubuhnya akan menghadap ke pintu kereta, dan membelakangi penumpang yang ada di dalam kereta. Setelah itu mereka akan mendorong ke belakang, sehingga penumpang yang ada di dalam kereta akan semakin padat mengisi celah-celah bagian dalam gerbong yang masih tersisa.
Kadang di stasiun tertentu, padatnya jumlah penumpang membuat petugas stasiun turun tangan untuk mendorong penumpang yang berjejal di pintu kereta, agar bisa masuk ke dalam kereta, karena pintu kereta akan tertutup. Hal ini dilakukan oleh petugas agar kereta dapat segera jalan, karena kereta berikutnya akan segera tiba di stasiun tersebut.
Menariknya lagi, meski kepadatan penumpang tersebut menimbulkan dorong-mendorong, bahu yang bersenggolan, bahkan ada kaki yang terinjak, namun tidak ada penumpang yang kesal, marah, ataupun bertengkar dengan penumpang lainnya.
Selain itu, dalam suasana kepadatan penumpang yang hiruk pikuk tersebut, para penumpang tetap disiplin mengantre di jalur pintu masuk kereta yang telah disediakan.
Kepadatan penumpang di dalam kereta juga tidak menimbulkan terjadinya kasus pelecehan seksual maupun pencopetan. Sebuah contoh sikap islami yang diaplikasikan oleh bangsa nonmuslim. 
[email penulis: teuku_m@bi.go.id]

0 komentar:

Posting Komentar