Thanksgiving Day di Amerika Serikat

KOTA Portland, Oregon, terkenal sebagai kota sepeda dan kota tempat publik transit. Kota ini juga menjadi contoh keberhasilan penataan ruang di Amerika Serikat (AS), sehingga kota ini direkomendasikan USAID kepada saya sebagai tempat untuk melanjutkan studi S2 bidang perencanaan penataan wilayah dan kota.
Alhamdulillah, melalui skema beasiswa yang mereka sebut dengan PRESTASI-USAID, saya tidak hanya bisa merasakan atmosfer pendidikan, tapi juga dapat memahami karakter masyarakat di salah satu negara bagian dari negara adikuasa ini.
Di tengah suhu yang belakangan ini turun drastis hingga 1-2 derajat Celcius, saya hadiri undangan dari seorang rekan di Kota Portland untuk merayakan sebuah hari yang sangat spesial bagi sebagian besar warga AS, yakni Thanksgiving Day.
Secara harfiah Thanksgiving Day berarti ‘Hari Bersyukur’ atau mengungkapkan rasa terima kasih atas apa yang telah mereka miliki selama ini. Perayaan ini ada yang menyebutnya bermula sekitar tahun 1621 Masehi, pada saat salah satu suku Indian (penduduk asli Amerika) membagikan makanan mereka kepada imigran yang berasal dari dataran Inggris Raya. Namun, ada juga yang menyebut, asal muasal perayaan ini dibawa oleh para imigran dari Inggris Raya yang memang memiliki tradisi menyukuri hasil panen yang didapat setiap tahunnya dari ladang-ladang pertanian mereka.
Istimewanya lagi, pada tahun 1863, Presiden Abraham Lincoln secara resmi menetapkan perayaan Thanksgiving sebagai hari libur nasional dan dirayakan setiap hari Kamis keempat pada bulan November setiap tahun. Nah, tulisan saya ini tentu saja tidak sedang membahas aspek sejarah lahirnya Thanksgiving Day di AS, melainkan sebagai ajang untuk berbagi pengalaman pertama saya dalam merasakan suasana Thanksgiving dengan berkumpul bersama salah satu warga lokal. Thanksgiving sangat dinanti-nantikan oleh warga AS, di mana pada hari ini mereka akan “mudik” ke kampung halamannya masing-masing, berkumpul bersama dengan keluarga besarnya, dan menikmati apa yang mereka sebut dengan turkey. Turkey di sini bukanlah nama sebuah negara di Eropa sana, melainkan seekor burung kalkun yang menjadi ciri khas setiap hari perayaan Thanksgiving.
Menghormati undangan teman, saya pun datang ke perayaan ini. Disambut dengan hangat oleh rekan saya bersama istri dan keempat anak mereka yang pintar dan lucu-lucu, membuat saya merasa seperti berada di dalam keluarga sendiri. Arsitektur bangunan yang sangat mencirikan karakter rumah-rumah di AS ini mengingatkan saya akan beberapa serial drama Hollywood. Kawasan permukiman yang antarsatu rumah dengan lainnya sama sekali tidak memiliki pagar pembatas, tampak cukup bersih dan indah. Pandangan saya langsung tertuju pada salah satu lemari di sudut ruangan yang dipenuhi buku.
Perayaan Thanksgiving lazimnya dilakukan pada saat makan malam, namun entah mengapa rekan saya ini mempercepatnya jadi siang hari. Bisa jadi agar memudahkan mereka dalam menjamu saya sebagai tamu non-AS. Menu yang dihidangkan berupa turkey (kalkun goreng), potatoes and gravy (kentang rebus tumbuk dibaluri sop), green bean (lebih mirip tumis buncis), raspberry (saus buah raspberry), roti dan yang tidak boleh terlewatkan adalah makanan penutup berupa pumpkin pie (pai labu kuning).
Semua hidangan lezat yang kami nikmati itu adalah racikan tangan istri dari rekan saya. Biasanya, warga AS merayakan hari Thanksgiving dengan cara berkumpul bersama keluarga besar mereka, dari mulai kakek hingga cicit. Namun, karena rekan saya ini pendatang dan tidak memiliki kerabat dekat di sekitar Portland, maka mereka putuskan untuk merayakannya secara sederhana di kediaman mereka.
Sungguh pengalaman yang tak terlupakan, berbaur langsung dengan warga lokal, merasakan bagaimana hangatnya sebuah keluarga, sedikit banyak mengobati rasa rindu yang teramat sangat kepada keluarga saya yang jauh di Aceh. Kerinduan kepada anak perempuan saya sedikit terobati ketika bermain bersama anak-anak perempuan rekan saya itu. Semoga ini bukan kesempatan pertama dan terakhir kalinya bagi saya merasakan “Hari Bersyukur” ala Amerika, langsung di rumah warga setempat. 
[email penulis: mohdmeidiansyah@gmail.com]

0 komentar:

Posting Komentar