Wajah Kairo yang Sesungguhnya
TERPANCING oleh sejumlah tulisan sahabat-sahabat saya yang dipublikasi di media massa tentang Kairo, saya juga ingin menulis pengalaman saya mengenai kota yang penuh misteri ini. Tapi saya hanya akan membahas hal yang negatifnya saja, karena hal yang positif dari kota ini sudah sangat banyak yang menulis.
Lagi pula, semua penduduk bumi sudah tahu bahwa Mesir adalah kota peradaban, kiblat ilmu pengetahuan Islam yang moderat, kota para nabi, kota seribu menara, kota yang masyarakatnya memiliki rasa sosial tinggi, serta berbagai julukan manis lainnya. Tapi tahukah sahabat sekalian bahwa Kairo ini juga layak diberi julukan yang 100% terbalik dari julukan manis yang sudah saya uraikan di atas?
Ada sebuah ungkapan, “Jika Anda ingin merasakan suasana hidup di zaman batu, zaman prasejarah, zaman di mana orang belum mengenal apa-apa, dan hukum rimba berlaku, maka tidak ada salahnya Anda coba bertandang ke Kairo.” Ungkapan ini tidak berlebihan jika kita melihat watak masyarakat Kairo sekarang. Saya sebagai pelajar asing cukup resah dengan watak-watak warisan Fir’aun ini. Sebagai contoh, ketika ke luar rumah, saya harus siap melihat dan mendengar betapa rasisnya orang Mesir, khususnya terhadap pelajar Asia. Mereka akan selalu dipanggil dengan sebutan shiniy (orang Cina). Sejauh pengetahuan saya, panggilan shiniy ini adalah panggilan rasis orang Mesir terhadap orang Cina, disebabkan barang-barang Cina yang beredar di seantero Kairo berkualitas rendah.
Di perjalanan juga Anda harus ekstrahati-hati, sebab bisa saja ada anak-anak atau pemuda Mesir yang usil melemparkan batu ke Anda atau menyiramkan air dari teras rumahnya. Jadi, bersiaplah untuk membawa oleh-oleh pulang ke rumah, baik lecet, lebam, atau basah kuyub. Belum lagi kalau Anda berada di tempat sepi ataupun di malam hari, Anda akan menjadi mangsa lezat perampok yang membawa pistol maupun senjata tajam. Anda akan merasa waswas jika berjalan hanya sendirian atau berdua saja di malam hari, karena polisi Mesir yang cuek bebek terhadap keamanan warga asing di Kairo “tercinta” ini.
Di kota ini, Anda juga akan mendapati betapa banyak dinding atau pojokan yang disulap menjadi tempat buang air, sekalipun di tengah keramaian. Anehnya, mereka tidak merasa malu untuk membuat acara sulapan ini. Diperparah lagi oleh banyaknya debu dan sampah di sepanjang jalan karena tak tersedianya tempat sampah yang memadai. Dibarengi pula dengan tingkat kewarasan masyarakatnya yang rendah yang sangat suka buang sampah di sembarang tempat, sehingga Anda bisa menjuluki Mesir sebagai salah satu kota terkotor di dunia.
Kebanyakan pelajar asing, khususnya Asia, akan merasa sangat terzalimi hidup di Kairo ini, mulai dari sopir taksi yang suka menipu, pedagang yang suka menaikkan harga barangnya jika pembelinya warga asing, dan Anda tidak akan pernah diizinkan memilih barang yang hendak Anda beli. Si penjuallah yang memilihkan, itu pun disertai pandangan yang sinis terhadap Anda. Kenapa “azab” ini harus menimpa kebanyakan pelajar Asia? Ya, karena mereka memiliki postur tubuh yang mungil, tak setara dengan postur tubuh penduduk Kairo.
Selanjutnya jika berbicara lalu lintas, Mesir tidak kalah dengan Jakarta. Macet, semrawut, serta pedagang kaki lima yang membuka lapak di di sembarang tempat. Di Kairo yang notabene ibu kota negara, sangat sulit bagi Anda untuk menemukan lampu lalu lintas. Jikapun ada, tetap saja harus dijaga polisi, untuk meminimalisir ketidakwarasan masyarakatnya yang suka menyerobot lalu lintas dan tak pernah sabaran untuk menunggu lampu hijau menyala. Simfoni klakson pun menderu-deru. Tak jarang juga kita dapati pengguna jalan yang menyulap jalur dua menjadi jalur tiga, datang dari arah yang berlawanan, sehingga semakin “indahlah” pemandangan kemacetan Kota Kairo ini. Lebih gilanya jika ada kendaraan yang rusak atau bersenggolan ataupun bertabrakan, mereka lebih suka menyelesaikannya di tempat kejadian perkara, pada waktu yang sama, ya di tengah jalan raya. Tanpa ada upaya meminggirkan dulu kendarannya sehingga pengguna jalan lain harus ikut dongkol dan berteriak-teriak agar perkaranya cepat terselesaikan.
Urusan birokrasi dengan instansi pemerintah atau kampus-kampus tak kalah menjengkelkan di kota ini. Sistem yang manual (tulis tangan), kerja yang superlelet, dan kurang menghargai jerih payah orang lain adalah hal biasa. Anda bisa bayangkan betapa dongkolnya Anda, jika sudah antre berjam-jam di hadapan jendela yang hanya berukuran seperempat meter atau lebih kecil lagi, pas tiba giliran Anda berurusan, dengan entengnya mereka berucap, “Silakan datang besok lagi ke sini.” Jika ini negara saya, sudah saya tonjok tuh pegawainya.
Inilah sedikit dari jutaan fakta mengenai Kota Kairo yang sangat jarang di-publish di media massa. Mudah-mudahan bagi Anda yang akan bertandang ke kota peradaban ini bisa menyiapkan diri sedini mungkin, bagaimana berinteraksi dengan “robot-robot zaman batu” di planet ini. Selamat mencoba. (email penulis: rahmadi_abdurrahman@yahoo.co.id)
0 komentar:
Posting Komentar