Kotatsu, Cara Jitu Mengusir Dingin

Musim dingin telah tiba, Prefecture (Provinsi) Fukui merupakan salah satu daerah di Jepang yang terkenal memiliki ketebalan salju yang tinggi dan sangat dingin, selain Prefecture Ishikawa, Toyama, dan Nigata. Bahkan saya dengar ada juga yang menyebutnya sebagai Hokkaido kedua. Hal ini disebabkan letaknya yang berada di sebelah barat Jepang menghadap laut jepang dan dikelilingi oleh pegunungan.
Ketika musim gugur akan berakhir, warga Jepang mulai mempersiapkan pakaian hangat, sepatu boots, penghangat badan (kairo), termasuk juga saya sebagai mahasiswa internasional yang sedang studi di Jepang. Ini juga merupakan musim dingin pertama bagi saya. Ketika berbincang-bincang dengan teman-teman dari negara lain maupun Jepang mengenai apa yang biasa mereka lakukan ketika musim dingin tiba, banyak hal menarik yang justru baru saya ketahui. Kebanyakan dari mereka lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah sambil makan makanan hangat, seperti sup. Teman-teman dari internasional mengatakan bahwa musim dingin di Jepang dan di negara mereka berbeda. Di negara mereka ketika musim dingin tiba hanya di luar ruangan saja dinginnya, namun ketika masuk ke dalam sangat hangat, sedangkan di Jepang dingin di luar, juga dingin di dalam. Ini karena sistem ventilasinya yang dibuat berbeda.
Di Jepang sendiri ketika musim dingin tiba, mereka senang mengadakan makan-makan bersama seperti makan nabe, oden, atau sukiyaki. Ketinganya adalah makanan sejenis sup dengan isi macam-macam sayuran dan daging. Ramen juga salah satu makanan favorit mereka. Cuma, kita yag muslim tidak boleh makan, karena di dalam kuah kaldunya terdapat babi, meskipun ada yang menjual tidak memakai babii, namun sangat susah dijumpai.
Hal menarik lainnya adalah mereka senang menghabiskan waktu dalam kotatsu ketika musim dingin tiba. Kotatsu adalah sebuah meja dengan pemanas di bawahnya dan sebuah selimut tebal dan hangat yang menutupi meja tersebut. Kotatsu dapat menjaga kaki kita agar tetap hangat dengan cara memasukkan kaki kita ke dalam bagian bawah kotatsu. Kotatsu tidak membutuhkan banyak energi. Dulunya pemanas kotatsu menggunakan tenaga arang, sekarang sudah memakai listrik. Ketika teman saya bercerita yang terbayang di benak saya langsung seperti film kartun Jepang dan saya sudah bisa membayangkan bagaimana hangatnya. Namun, teman saya bercerita sambil tertawa, “Ibu saya tidak membolehkan saya punya kotatsu di apartemen, karena itu membuat saya tidak mau beranjak dan akhirnya tidak pergi kuliah. Dulu waktu saya masih sekolah ibu saya selalu berusaha menjauhkan saya dari kotatsu untuk pergi sekolah. Kotatsu di musim dingin itu ‘surga’ sekaligus ‘neraka’,” ungkapnya.
Beberapa teman Jepang lainnya pun membenarkan. Kenyamanan di bawah kotatsu bisa membuat mereka malas untuk beranjak. Tidak semua orang Jepang memiliki kotatsu, meski sangat berguna di musim dingin, namun mereka takut itu membuat mereka malas, sehingga mereka memilih memakai pemanas ruangan (hitter) saja.

0 komentar:

Posting Komentar