Ratu Kerajaan Hadiri Wisuda

PERAYAAN wisuda merupakan momen yang paling dinanti-nantikan oleh mahasiswa yang telah menyelesaikan studinya di sebuah universitas. Begitu pula halnya dengan saya yang telah menyelesaikan studi pada jurusan psikologi melalui program double degree (gelar ganda) di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dan Sultan Idris Education University (Universiti Pendidikan Sultan Idris-UPSI) Malaysia.
Meraih beasiswa dari Pemerintah Aceh untuk program ini adalah anugerah luar biasa yang diberikan Allah Swt kepada saya. Walaupun menyelesaikan studi dalam kurun waktu yang sedikit out of target, tapi gelar ganda dan menjadi lulusan terbaik adalah pengganti yang jauh lebih berharga.
Tepat 28 Agustus 2013 saya telah dinobatkan menjadi Sarjana Psikologi (S.Psi) di Unsyiah Banda Aceh. Ini merupakan gelar pertama yang saya peroleh pada jenjang sarjana yang disematkan oleh Prof Dr Samsul Rizal MEng selaku Rektor Unsyiah. Lalu, beberapa minggu setelah itu, yakni pada 10 September 2013 saya pun mengikuti upacara wisuda di Malaysia yang populer dengan sebutan Istiadat Konvokesyen (convocation bahasa Inggrisnya) di Kampus UPSI. Dan di sanalah  saya resmi dianugerahi gelar Bachelor of Psychology with Honours (B.Psych (Hon)) yang merupakan titel kedua yang diberikan langsung oleh Ratu Kerajaan Negeri Perak, Duli Yang Teramat Mulia Raja Puan Besar Perak Darul Ridzuan Tuanku Zara Salim, DKSA, DKA.
Tuanku Zara berkedudukan sebagai Cancelor UPSI. Posisi tersebut merupakan kedudukan tertinggi di universitas. Ia membawahi rektor beserta jajarannya. Tuanku Zara sendiri merupakan istri dari Raja Muda Perak yang bernama Duli Yang Teramat Mulia Raja Muda Perak, Raja (Dr) Nazrin Shah. Kini mereka telah dikaruniai sepasang buah hati bernama Paduka Putera Baginda Raja Azlan Muzaffar dan Paduka Puteri Baginda Raja Nazira Safiya.
Saat memberikan sambutan dalam upacara wisuda beberapa waktu lalu, ada satu pesan beliau yang sangat saya ingat sampai hari ini, yaitu “Jadilah anak yang sentiasa mengenang jasa ayahanda, bonda.” Mendengar kalimat tersebut, saya lantas teringat kepada kedua orang tua saya yang alhamdulillah juga berkesempatan hadir menemani saya kala itu. Memang benar apa yang beliau katakan, orang tualah yang amat berjasa dalam pendidikan saya hingga hari ini. Tanpa jerih payah dan pengorbanan mereka, niscaya saya bukanlah apa-apa.
Istiadat konvokesyen ini merupakan upacara wisuda kali ke-15 yang dilaksanakan UPSI yang berlangsung dari tanggal 10 hingga 13 September 2013. Pada perhelatan tersebut UPSI telah meluluskan 6.451 graduan yang terdiri atas 23 graduan doktor, 790 graduan magister, 2.882 graduan sarjana, dan 2.756 graduan diploma.
Inilah hal menarik yang saya temui ketika menjalani prosesi wisuda di dua kampus, sekaligus di dua negara yang berbeda. Saat di Aceh ataupun Indonesia pada umumnya, upacara wisuda dipimpin langsung oleh rektor, sedangkan di Malaysia ratu kerajaan dari setiap negerilah yang mempunyai hak untuk menyematkan gelar akademik kepada wisudawan pada hari penting tersebut.
Semoga pengalaman saya ini dapat memperkaya wawasan anak-anak Aceh lainnya bahwa sebenarnya budaya itu tidak hanya melekat atau tercermin pada upacara tertentu ataupun kebiasaan sehari-hari, tetapi juga dalam seremonial universitas yang kental akan dimensi edukasi dan akademik. 
[email penulis: fatmawatifadli@rocketmail.com]

0 komentar:

Posting Komentar