Australia Day, Duka Bagi Suku Aborigin
SETIAP negara tentu punya hari kelahiran masing-masing. Hari besar tersebut sudah tentu dirayakan dengan suka cita oleh penduduk negara bersangkutan. Tidak terkecuali di Australia.
Setiap tanggal 26 Januari masyarakat Australia penuh suka cita menyambut hari jadi negara tersebut. Seperti halnya di ibu kota Australia, Canberra, pusat perayaan Australian Day dipusatkan di pelataran Parliament House (selevel DPR) dengan berbagai kegiatan. Misalnya, hiburan anak-anak, pengibaran bendera, pemberian penghargaan kepada penduduk yang berjasa, festival tari, dan pesta kembang api.
Namun, hal itu dirasakan berbeda oleh penduduk pribumi Australia, suku Aborigin. Tidak ada suka cita bagi mereka pada hari Australia Day itu. Menilik sejarah, Australia Day memang sebuah luka bagi suku Aborigin. Australia Day diperingati bukan untuk memperingati hari kemerdekaan Australia dari penjajahan negara lain, tetapi justru untuk memperingati hari pendudukan pertama Australia oleh koloni Inggris Raya. Pada 244 tahun silam, usaha-usaha pendaratan di Australia dilakukan oleh Kapten James Cook di Brush Island, New South Wales, tepatnya tanggal 22 April 1770 yang pada akhirnya berhasil menancapkan bendera Union Jack di Bootany Bay, New South Wales, seminggu setelah usaha pertama gagal.
Pendudukan pertama dilakukan oleh Kapten Arthur Phillip di benua yang kemudian menjadi negara ini pada 26 Januari 1788 di Port Jackson, sekarang bagian dari Sydney Harbour, 18 tahun kemudian atau 9 tahun pascatewasnya James Cook dalam pelayaran eksplorasi ketiga di Pasifik, setelah pelayaran ke Australia dan New Zealand.
Pembentukan koloni Eropa inilah yang mengusik kehidupan penduduk pribumi di negeri ini, yaitu suku Aborigin yang telah menempati benua Australia lebih dari 5.000 tahun. Bagi mereka, 26 Januari adalah “invasion day”, hari di mana kedatangan bangsa Eropa yang mengusik kehidupan, menjajah hak-hak, dan kearifan lokal mereka.
Selain itu, pada mulanya pembentukan koloni di Australia hanya diperuntukkan bagi masyarakat buangan Eropa yang terlibat kejahatan atau tahanan di Eropa, kemudian berkembang menjadi koloni-koloni yang memiliki tuan tanah baru.
Saat ini, sehari atau beberapa jam sebelum perayaan Australia Day, aktivis yang memperjuangkan hak-hak suku Aborigin menggelar aksi yang mereka namakan “Day of Mourning” atau “Hari Berkabung”. Mereka juga menyebarkan selebaran-selebaran yang berisi seruan memperjuangkan dan menghormati hak-hak suku Aborigin.
Kalimat-kalimat “Why celebrate 226 years of genocide” (Mengapa merayakan 226 tahun hari pemusnahan massal) dan kalimat reflektif “If you don’t think genocide then where did all the Aboriginals go?” (Jika Anda berpikir hari ini bukanlah hari pemusnahan massal, lalu ke manakah semua suku Aborigin menghilang?)” bukanlah hal yang langka kita temui menjelang perayaan Australia Day.
Rekonsiliasi dengan suku Aborigin telah dilakukan beberapa kali oleh Pemerintah Australia. Rekonsiliasi tersebut berupa mendapatkan persamaan hak, perlakuan yang sama di ruang publik, pendidikan, pekerjaan, menghargai kearifan lokal, alam, dan budaya suku Aborigin. Sebagai bentuk penghormatan, di setiap perkantoran pemerintah selalu terdapat bendera suku Aborigin, dikibarkan sejajar dengan bendera Negara Australia. Puncak dari rekonsiliasi tersebut adalah permintaan maaf secara resmi oleh Pemerintah Australia kepada suku Aborigin pada tanggal 13 Februari 2008 disampaikan oleh Perdana Menteri Australia saat itu, Kevin Rudd.
Permohonan maaf yang disampaikan berupa kebijakan-kebijakan dan hukum Pemerintah Australia yang menimbulkan penderitaan, kerugian, tergusurnya, dan hilangnya generasi Aborigin dan Torres Strait di tanah airnya sendiri. Pada Australia Day tahun ini, Pemerintah Australia juga memberi penghargaan Australian of the Year kepada Adam Goodes, pria keturunan Aborigin dan salah satu pemain sepak bola ala Australia (sejenis rugby) dari tim Sydney Swans. Goodes mempromosikan antirasis dan persamaan hak melalui olahraga yang digelutinya.
Terlepas dari semua usaha positif yang telah dilakukan Pemerintah Australia, pada hakikatnya hanya segelintir suku Aborigin yang menerima dan mau merayakan Australia Day setiap tanggal 26 Januari. Banyak dari mereka tetap tidak merayakannya, terlebih pada saat perayaan tersebut beragendakan pengibaran bendera Australia, di mana masih terdapat simbol Union Jack di kiri atas bendera tersebut. Bagi suku Aborigin, simbol Union Jack itu hanya mengingatkan mereka pada luka lama tentang invansi Inggris Raya dan perampasan hak-hak mereka di tanah airnya sendiri. [email penulis: mahlil@uni.canberra.edu.au]
0 komentar:
Posting Komentar