Cara Melunakkan Pasien Jiwa

MEMENUHI undangan dari Hedmark University College Norwegia, saya beserta Ketua Komisi F DPR Aceh, H Zuriat Suparjo cs mengunjungi negara Viking tersebut selama sepekan yang berakhir pada Senin lalu. Ketibaan kami di Bandara Gardemoen Oslo, langsung disambut hawa dingin minus 2 derajat. Awal dari musim dingin sudah tiba di Norwegia.
Pada hari pertama berada di Oslo, kami bersilaturahmi dengan Duta Besar (Dubes) Republik Indonesia untuk Norwegia, Ibu RA Esti Andayani di KBRI Oslo. Ibu Dubes ini menamatkan sekolah dasarnya di Banda Aceh. Ayahnya dokter tentara yang bertugas di Banda Aceh. Ia mengaku sangat gembira atas kunjungan kami dan berbicara beberapa kalimat dalam bahasa Aceh.
Bu Esti mengaku telah mendapatkan pemberitahuan dari Hedmark University tentang kunjungan kami. Beliau berharap bahwa kerja sama yang telah terbina baik antara Aceh dan Norwegia harus dirawat dengan lebih baik lagi agar bisa bermanfaat untuk kedua pihak.
Bu Esti juga berjanji akan menyampaikan pesan-pesan dari delegasi Aceh yang disampaikan Bapak Zuriat Suparjo kepada Pemerintah Norwegia, melalui koleganya, Menteri Luar Negeri Norwegia, Borge Brende. Dia mantan sekretaris jenderal Palang Merah Norwegia yang meresmikan Rumah Sakit Jiwa Aceh bantuan Norwegia tahun 2009.
Tujuan dari kunjungan kami ini adalah dalam rangka meningkatkan kerja sama dalam bidang pendidikan, penelitian, dan penanganan  pasien jiwa antara Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Aceh dengan Hedmark University Collge Norwegia, sekaligus untuk mendapatkan masukan dan melihat langsung pengelolan pelayanan kesehatan jiwa di negara Semenanjung Skandinavia tersebut.
Dalam pertemuan dengan dengan pihak Hedmark University College yang dipandu oleh alumnus mereka, Muhammad Armiyadi, dihadiri oleh rektor, para dekan, dan dosen, pihak Hedmark berkomitmen untuk meneruskan kerja sama dalam bidang pendidikan berupa pertukaran pelajar dan staf. Selain itu, disepakati juga proyek penelitian tentang penanganan awal terhadap pasien yang baru pertama kali berkunjung ke RSJ dan pengembangan sumber daya manusia dari RSJ Aceh. Untuk menindaklanjuti kesepakatan yang telah dicapai, delegasi Hedmark university College dan Pemerintah Provinsi Hedmark akan berkunjung ke Aceh pada tanggal 8-15 Januari tahun depan.
Arild Granerud, profesor kesehatan jiwa dari Hedmark University yang juga peneliti tentang kesehatan jiwa di Aceh dalam paparannya mengatakan bahwa di Norwegia penanganan kesehatan jiwa lebih dititikberatkan di masyarakat, bukan di RSJ, sehingga di Norwegia tidak terjadi penumpukan pasien di rumah sakit.
Pemerintah Norwegia menyediakan tim kesehatan, termasuk kesehatan di setiap unit komunitas masyarakat. Tim ini bekerja dengan mengunjungi pasien gangguan jiwa yang berada di rumah, apabila pasien membutuhkan penanganan lanjutan, maka pasien akan dibawa ke rumah sakit umum setempat yang menyediakan tempat tidur khusus untuk penganganan pasien jiwa. Biasanya setelah mendapat rawat inap singkat dari rumah sakit tersebut pasien akan membaik dan kembali ke rumah mereka. Bila tidak membaik, barulah dirujuk ke RSJ.
Pemerinta Norwegia juga menyediakan pusat kegiatan pasien di setiap kecamatan. Tempat tersebut dikelola oleh pasien sendiri. Di tempat ini pasien gangguan jiwa yang sudah sembuh klinis bisa belajar berbagai keterampilan dan diarahkan agar mampu bersosialisasi kembali dengan masyarakat, dan dibekali dengan berbagai keterampilan yang memungkinkan mereka memiliki kemampuan dalam dunia kerja.
Menurut Prof Arild, pasien di Aceh, baik di masyarakat maupun yang sedang dirawat di RSJ, lebih sering melakukan kekerasan (menyerang) dibandingkan dengan pasien di Norwegia. Ini karena, perlakuan dan penanganan mereka yang masih kurang tepat. Dia contohkan pasien di RSJ Aceh harus menghuni kamar yang berisi 100 pasien. Ini tentu bukan lingkungan yang baik untuk pasien, karena selain harus berebut tempat tidur, ruang kosong, dan makanan, pasien juga harus berebut udara bersih. Bandingkan dengan Norwegia yang satu kamar hanya diisi oleh satu pasien jiwa.
Ini merupakan tantangan untuk RSJ dan seluruh rakyat Aceh, untuk mampu memanusiakan pasien gangguan jiwa, sesuatu yang telah dimulai 60 tahun yang lalu oleh Norwegia.
Sementara itu, dalam pertemuan yang diiringi jamuan makan siang dengan Wali Kota Elverum, Arfin Uthus, beliau sampaikan bahwa kota mereka sangat senang bisa membantu RSJ Aceh dan menginginkan agar kerja sama bisa diperluas lagi di Aceh.

Arfin yang telah berkunjung ke Aceh tahun 2013 juga mengatakan, sebagai negara makmur, Norwegia memiliki segalanya. Tapi ada satu hal yang tidak mereka tidak miliki, namun dimiliki oleh Aceh dan dia sangat terkesan, yaitu senyum dan tawa lebar dari masyarakatnya. Benarkah semua kita seperti itu? 
[email penulis: renrahim@yahoo.com]

0 komentar:

Posting Komentar