Belajar dari Turki dan Erdogan

Turki dan Erdogan - SUHU Ankara pada pagi hari Selasa lalu berkisar 2-10 Celcius. Pertanda musim autumn sudah di pengujung dan musim dingin sebentar lagi akan tiba. Tak pelak, saat pertama menginjakkan kaki di ibu kota Turki itu hawa dingin sangat terasa. Cuaca di Ankara lumayan ekstrem. Pagi hari dingin, siang mendadak panas. Apalagi di asrama Tahsin Banguolu, tempat saya tinggal bersama ribuan mahasiswa dari seluruh dunia. Soalnya, letak daerah ini sedikit tinggi dan berbukit.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 14 jam dari Jakarta (via Singapura), tanpa merasa lelah saya langsung menjejakkan kaki di pusat Kota Ankara. Saya ingin segera menikmati negeri dua benua yang memesona, ibu kota Turki.
Dulunya ibu kota Turki adalah Istanbul. Tapi 1920 dipindah ke Ankara. Seiring dengan berakhirnya era Ottoman di bumi Alfatih. Selain itu, Ankara menjadi kota yang kosmopolit dan modern. Masyarakatnya sangat heterogen dan umumnya sekuler. Suhu politik disini pun lebih panas dibanding kota lain.
Ada banyak alasan mengapa saya memilih belajar di Turki. Selain sebagai satu-satunya negeri yang terletak di dua benua, pertumbuhan ekonominya yang terus baik, peradaban yang menakjubkan, juga karena pertalian sejarah Turki dengan Aceh di masa lalu. Kota-kota di Turki juga sangat bersih. Arsitektur bangunan, budaya, dan warna-warni kemolekannya yang sangat khas dan kental perpaduan middle East-Europe. Secara spiritual, Turki juga memiliki magnet tersendiri.
Satu lagi alasannya adalah karena Turki punya Erdogan, sang Perdana Menteri yang populis. Tayyib Erdogan adalah pemimpin pemberani. Ia hadir di tengah kepasrahan dunia atas kediktatoran Amerika dan Barat. Berani menentang kezaliman dan respek terhadap kemanusiaan.
Kepemimpinan Erdogan yang lebih sepuluh tahun bersama Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) membuat masyarakat Turki lebih bergairah. Hawa dingin yang menyerang tak membuat warganya lelap dalam tidur panjang. Erdogan berhasil membuat rakyatnya lebih bersemangat merajut kehidupan. Ia memiliki visi yang jelas ke mana akan menuju. Banyak perubahan signifikan selama pemerintahannya.
 Sosok Erdogan
Erdogan adalah anak pelaut dan lahir di Istanbul. Dia pernah menjadi pemain sepakbola U-16. Karier politiknya dimulai bersama Partai Keselamatan Nasional (Milli Selâmet Partisi) yang dipimpin Necmettin Erbakan. Setelah kudeta 1980, semua partai politik dibubarkan. Tahun 1983 para mantan aktivis ini mendirikan Partai Kesejahteraan (Refah Partisi). Lalu Erdogan menjadi ketua partai dan Wali Kota Istanbul.

Keberhasilannya memimpin Istanbul membuat sosoknya sangat terkenal sebagai politisi Turki. Ia disebut administratur yang efektif. Sukses dalam pengadaan air bersih, penanaman pohon, pengurangan kadar polusi, memerangi praktik prostitusi, membangun prasarana dan jalur transportasi serta memperindah Istanbul.
Pada Agustus 2011 Erdogan mendirikan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP). AKP menjadi partai Islam fenomenal di tengah Turki yang berpaham sekuler. Partai ini berhasil mentransformasi diri menjadi kekuatan politik baru dari politik pinggiran (periphery) menuju pusat kekuasaan (center of power). Mereka meraih 34 suara pada Pemilu 2002, kemudian 46% tahun 2007, dan 50% pada tahun 2010. Juga menguasai 327 dari 500 kursi parlemen. Satu alasan penting kemenenangan Erdogan dan AKP adalah mereka tidak terjebak pada simbolisme agama. Tapi fokus pada kerja keras. Kabinet Erdogan sangat fokus pada kerja-kerja nyata yang menyentuh kepentingan langsung masyarakat, dengan menggenjot pembangunan dan memerangi korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Pemikiran Erdogan banyak menuai kontroversi. Namun, ia dikagumi karena banyak prestasi. Saat terpilih memimpin Turki, negaranya mewarisi utang 11,7 persen. Inflasi mencapai 30%. Saat itu Turki dipimpin militer dan menjadi negara sangat korup dan miskin.
Kini, Erdogan berhasil membawa ekonomi Turki ke nomor 17 di dunia. Turkish Airline juga menjadi yang terbaik di Eropa (2012). Turki tumbuh di atas 10% saat negara lain mengalami resesi di tahun 2009, sebagaimana dialami Spanyol dan Yunani. Erdogan mengerti benar posisi strategis Turki, sehingga punya hubungan baik dengan kawasan dan menerapkan kebijakan luar negeri zero problem with neighbour.
Erdogan juga sangat vokal dan respek terhadap dunia Islam. Beberapa kali dalam forum dunia dan media internasional ia kecam Israel dan AS karena kebrutalan terhadap Palestina dan kudeta terhadap Mursi di Mesir. Erdogan adalah pemimpin yang memiliki keteladanan sebagai muslim taat yang memegang teguh nilai-nilai islami dari kecil. Istri dan anak-anaknya berjilbab meski kuliah di Indiana, AS.
Banyak hal lain yang menarik untuk menjadi pelajaran bagi kita. Bukan saja dari seorang Erdogan, tapi juga dari masyarakat Turki yang ramah, walau sama-sama berwatak keras kepala seperti orang Aceh. 
[email penulis: azwir.nazar@yahoo.com]

0 komentar:

Posting Komentar