Islam di Michigan

Islam di Michigan - KUNJUNGAN ke komunitas Islam di Michigan ini adalah program yang digagas oleh seorang profesor berkebangsaan Tunisia, Ali Yedes yang merupakan Direktur Bidang Kajian Arab dan Timur Tengah. Saya diundang ke acara ini karena kedekatan pribadi dengan sang profesor yang selalu bersama menunaikan shalat Jumat di Kampus Oberlin. 
Menariknya, terkadang kami shalat berdua, tapi kadangkala dengan beberapa jamaah, baik yang sudah muslim maupun nonmuslim. Ini membuat saya sangat terharu, karena begitu tertariknya mereka terhadap Islam. Ada di antara mereka yang ingin merasakan shalat berjamaah lebih dulu sebelum resmi mengucap syahadat.
Ruang shalatnya berukuran 3 x 5 meter dan nyaris tak ada petunjuk di luar gedung bahwa ada ruang shalat di sini. Namun, mereka mendapatkan informasi itu di situs Islamic finder lalu mereka datang untuk melihat dari dekat bagaimana seorang muslim shalat.
Berangkat dari Kampus Oberlin, Ohio, pada pukul 8 pagi, program ini diikuti 12 staf dan pelajar Oberlin College yang memiliki latar belakang agama dan bangsa yang berbeda. Tiba pada pukul 11.15 di Arab American Moslem Museum, kami disambut hangat oleh petugas museum. Kepada kami ia jelaskan bagaimana peran komunitas Arab Islam dalam berbagai bidang di AS. Mulai dari aspek ekonomi, sosial, hingga menjadi tentara dan polisi. Setelah menghabiskan waktu di museum, kami singgah di Al-Amir Restaurant yang dikelola muslim Arab yang telah lama berdomisili di Michigan. Seperti kebanyakan restoran Arab lainnya, menu utama restoran ini adalah daging sapi, kambing, dan ayam. Jujur, bagi saya ini adalah hidangan makan siang yang paling top markotop--meminjam istilah Pak Bondan Winarno--sejak saya berada di AS. Soalnya, selain memang rasanya yang enak, saya juga bisa makan puas tanpa meragukan kehalalannya.
Setelah menghabiskan waktu di Arab American Museum dan Al Amir Restauran kami lanjutkan perjalanan menuju Masjid Dearborn yang merupakan masjid tertua di Michigan, sekaligus tertua di Amerika Utara. Di tempat ini pengurus masjid tidak saja menceritakan sejarah berdirinya masjid dan fungsinya, tetapi juga tentang Islam.
Masjid ini didirikan tahun 1937, tapi kemudian diperluas hingga empat kali karena bertambahnya jumlah jamaah. Pertama, diperluas pada tahun 1957. Masjid dijadikan dua lantai, ruang shalatnya diperlebar, dan dibangun kubah berwarna hijau dan dua buah menara kecil. Kemudian, pada era 1960-1980-an populasi muslim di wilayah Dearborn kian bertambah, sehingga masjid seukuran 12.000 meter2 itu tak lagi mencukupi untuk menampung jamaah, terlebih saat Jumat.
Pada tahun 1986 American Moslem Society yang mengurus kesejahteraan Masjid Dearborn memutuskan untuk memperluas area masjid dari 12.000 m2 menjadi 24.000 m2. Kemudian, pada kurun waktu 1986 hingga 2000 jamaah Masjid Dearborn meningkat signifikan khususnya pada shalat Jumat, sehingga mereka harus shalat di lantai dasar, kantor, bahkan hingga ke luar masjid. Alhasil, pada tahun 2000 masjid itu diperluas lagi menjadi 48.000 m2. Dilengkapi pula dengan perpustakaan, sekolah, dan ruang serbaguna yang dapat digunakan untuk aktivitas masyarakat setempat. Jika ditotal dengan luas parkir dan fasilitas pendukung lainnya, luas area Masjid Dearborn mencapai 100.000 m2.
Pada 29 April 2005 American Moslem Society Dearborn meresmikan perluasan dengan menghadirkan seluruh masyarakat hingga pemimpin politik di antaranya Gubernur Granholm, Senator Debbie Stabenow, anggota DPR Polidori, dan mantan wali kota Guido. Saat ini, Masjid Dearborn tidak saja berfungsi sebagai tempat shalat, tapi banyak kegiatan yang dilakukan untuk mendukung syiar Islam di wilayah Dearborn khususnya, maupun AS pada umumnya. Satu hal yang masih teringat di benak saya adalah ketika salah satu pengurus masjid memberikan terjemahan Alquran dan berkata, “Don’t stop talking about true of Islam whereever you are.” Satu ungkapan yang sangat membekas di benak saya. Jangan pernah berhenti membicarakan tentang kebenaran Islam, karena saya sadar bahwa saat ini masyarakat dunia banyak menerima berita yang keliru tentang Islam.

Di akhir kunjungan, kami disuguhi makanan penutup di sebuah restoran yang cukup terkenal di Dearborn dan berbelanja makanan halal. Saya bersyukur dapat membeli beberapa barang yang dapat saya konsumsi untuk beberapa hari ke depan. Semoga acara ini mampu membuka mata hati dan menjadi jembatan bagi masyarakat Amerika untuk lebih memahami Islam secara benar. Sebagai umat Islam, tugas kita tidak saja menjelaskan tentang Islam, tapi kita juga harus mampu memberikan contoh nyata yang baik dalam kehidupan bahwa Islam itu indah dan cinta damai. 
[email penulis: harri_uma81@yahoo.com]

0 komentar:

Posting Komentar