Pesan Moral dari Bukit Uhud

BUKIT Uhud dan makam syuhada Uhud merupakan bagian dari sejumlah destinasi yang saya kunjungi selama berada di Saudi Arabia saat ini. Makam syuhada Uhud terletak di sebuah dataran yang berdekatan dengan lereng Gunung Uhud. Gunung ini terletak lebih kurang 5 kilometer di sebelah utara Kota Madinah.
Di sinilah pada 22 Maret 625 M/7 Syawal 3 H terjadi pertempuran besar antara kaum muslimin dengan kafir Quraisy. Tentara Islam dipimpin Rasulullah saw, sedangkan pasukan kafir Quraisy dipimpin oleh dedengkot musyrikin, Abu Sufyan.
Sejumlah sumber sejarah mencatat kekuatan kaum muslimin kala itu didukung 700 tentera, sedangkan kafir Quraisy didukung 3.000 personel pasukan. Karena terjadi di Bukit Uhud, maka peperangan itu pun dinamakan Perang Uhud.
Perang Uhud terjadi satu tahun setelah Perang Badar yang juga terjadi antara kaum muslimin versus kafir Quraisy. Dalam Perang Badar kafir Quraisy menderita kekalahan besar. Ketika itu mereka bersumpah atas nama Latta dan Uzza--dua nama patung sesembahan kafir Quraisy--akan menuntut balas kekalahan di Badar. Setahun setelah kekalahan di Badar itu, perang Uhud pun berkecamuk.
Jika di peperangan Badar kaum muslimin mendapat kemenangan besar, sebaliknya dalam Perang Uhud kaum muslimin kalah memilukan. Dalam peperangan ini Rasulullah nyaris dicelaki musuh. Hamzah bin Abdul Mutallib paman Rasulullah saw tewas ditombak dan dikunyah hatinya oleh Hindun binti ‘Utbah, istri Abu Sufyan. Sejumlah sahabat Rasulullah lainnya jadi syuhada.
Dalam catatan sejarah disebutkan dari pihak Rasulullah saw ketika itu 70 orang menjadi syuhada, sedangkan 23 tentara musyrikin Quraisy tewas yang selanjutnya akan menjadi ahli neraka.
Ke-70 syuhada inilah yang dimakamkan di lereng bukit Uhud. Saya tertegun lama saat melintasi tempat ini, Kamis lalu. Di samping Masjid Quba--masjid pertama yang dibangun Rasulullah saw saat pertama tiba di Madinah--Bukit Uhud dan Kompleks Pemakaman Syuhada Uhud merupakan lokasi kunjungan yang nyaris tidak dilewati kebanyakan jamaah haji dan umrah yang berkunjung ke Madinah.
Kondisi kompleks pemakaman syuhada Uhud sama keadaannya dengan umumnya kompleks pemakaman lainnya di Madinah atau  Mekkah. Hanya berbentuk hamparan dan tebaran batu serta tak ada satu pun batu nisan penunjuk kuburan serta sosok yang dikuburkan di dalamnya. Peziarah tak dibenarkan masuk ke dalam kompleks, kecuali mengintip dari celah pagar yang tinggi serta kokoh sambil berdoa dan member salam kepada ahli kubur.
Pesan moral
Saat saya menatap hamparan luas kompleks makam syuhada Uhud dan Bukit Uhud, saya merasa seperti ada pesan moral yang terpancar dari peristiwa heroik Rasulullah dan sahabatnya pda tahun ke-3 Hijriah itu. Ketika saya berziarah dan berdoa di makam syuhada Uhud dan menatap dalam-dalam bentangan Bukit Uhud, paling tidak ada dua pesan moral dari sana yang perlu diinternalisasi oleh seluruh umat Nabi, baik yang telah sampai ke lokasi ini maupun yang belum.

Pertama, kita tidak akan memperoleh kemenangan hakiki sekalipun atas nama dakwah bila kita tidak sepenuhnya sami’na wa atha’na  terhadap segala perintah serta larangan Allah dan Rasul-Nya. 
Kedua, kemenangan yang telah ada di depan mata jangan sampai mendorong kita membelokkan langkah perjuangan dari cita-cita dan tujuan awal. Hati yang tiba-tiba bengkok dalam medan juang, misalnya tergiur untuk menguasai harta pampasan perang (ghanimah) dapat menyebabkan Allah dengan kemahakuasaan-Nya mentransformasikan kemenangan yang telah ada di tangan kita menjadi kekalahan fatal yang memilukan.

Pesan moral ini berlaku universal, kepada siapa saja dan di mana saja. Assalamualaikum wahai ahli Uhud, salam sejahtera dan rindu kami untuk kalian. [email penulis: bundanurasiah@gmail.com]

0 komentar:

Posting Komentar