Ujian tanpa Pengawas di St Olaf College

SANTA Olaf College merupakan sebuah universitas swasta yang berlokasi di kota kecil Northfield, sekitar 70 km dari Minneapolis, ibu kota negara bagian Minnesota, Amerika Serikat (http://www.stolaf.edu). Reputasinya yang bagus dalam bidang akademik untuk pendidikan S1 membuat saya memilih mendaftar di kampus ini akhir 2011 lalu.  Alhamdulillah, saya diterima dengan beasiswa dari universitas tersebut.
Saat mengikuti program perkenalan dan orientasi di awal perkuliahan tahun 2012, saya diberi tahu bahwa St Olaf College merupakan kampus yang sangat unik. Termasuk salah satu dari beberapa universitas atau college di Amerika yang tidak mengizinkan dosen atau pengawas berada dalam ruangan saat mahasiswa mengikuti ujian.  Aturan yang aneh sekali menurut saya dengan rasa tak percaya.
Ujian pertama saya saat ujian tengah semester adalah mata kuliah Principles of Economics.  Setelah sang dosen memberikan kertas ujian kepada para mahasiswa, ia memberi tahu beberapa hal kepada peserta ujian.  Ujian berlangsung selama 90 menit dan apabila dapat menyelesaikan ujian tersebut lebih awal dari waktu maksimal, mahasiswa dibolehkan meninggalkan kertas ujian di meja dosen dan langsung ke luar dari ruangan kelas dengan tertib. Tak ada yang aneh dengan aturan ini. Tapi kemudian sang dosen mengatakan bahwa ia akan meninggalkan ruangan kelas pada saat ujian berlangsung dan hanya akan kembali pada saat ujian tersebut selesai.  Sang dosen segera meninggalkan kelas seusai mengatakan ujian dimulai.
Saat ujian berlangsung, ruangan kelas tetap hening. Tidak ada seorang pun yang bergerak dari kursi mereka. Semua mahasiswa mengerjakan ujian dengan tenang dan tekun. Tak ada pula yang berusaha melakukan tindakan curang dengan menyontek atau bertanya kiri-kanan.
Saat ujian saya berpikir, “Kok, nggak ada yang menyontek ya?”  Pengalaman pada saat ujian di sekolah menengah pertama di Banda Aceh dulu, ketika guru pengawas ke luar sebentar saja ke WC atau merokok, pasti ada satu-dua siswa yang menyontek atau menanyakan jawaban kepada teman yang duduk di depan atau di belakangnya.  Tetapi, di St Olaf College sungguh tidak ada seorang pun yang berani mencoba untuk menyontek atau menanyakan jawaban kepada teman yang duduk di dekatnya, meskipun tanpa pengawas di dalam ruangan.
Di akhir ujian, setiap mahasiswa wajib menandatangani sejenis kontrak dan berjanji bahwa selama ujian berlangsung ia tidak bertindak curang  dan/atau melihat tindakan curang yang dilakukan mahasiswa lain. Bila mahasiswa berbuat curang atau melihat tindakan curang, maka ia tidak boleh menandatangani kertas ujian tersebut. 
Pada kasus ini, sang dosen pengawas akan menanyakan kepada mahasiswa apa alasannya dia tidak menandatangani kontrak ujian tersebut. Si mahasiswa harus memberi tahu tindakan curang yang dilakukannya sendiri atau yang dilakukan mahasiswa lain.
Di St Olaf, sistem ini disebut honor system (sistem kehormatan).  Sistem ini telah diadopsi oleh St Olaf sejak tahun 1911.  Dirancang khusus agar mahasiswa selalu bertindak jujur saat ujian. Bila dipikir-pikir, bukankah itu juga alasan mengapa ujian diterapkan? Ujian seharusnya menguji seberapa mampu diri kita mengerti apa yang sudah diajarkan.
Memasuki tahun kedua di St Olaf College, saya belum pernah melihat seorang pun mahasiswa yang mencoba untuk bertindak curang pada saat ujian berlangsung. Tingkat kejujuran mahasiswa di sini memang mengagumkan.

Satu pertanyaan yang selalu bergelayut di pikiran saya, dapatkah honor system ini diadopsi dan diterapkan di Indonesia, khususnya di Aceh yang bersyariat Islam?  Mungkin para pembaca bisa membantu saya untuk menjawab pertanyaan ini. 
[email penulis: irham94@hotmail.co.uk]

0 komentar:

Posting Komentar