Makan Tidur di SD Taiwan

TANPA terasa lima bulan sudah saya tinggalkan Aceh, bermukim di Taiwan untuk melanjutkan kuliah. Waktu terasa begitu singkat. Saat ini tinggal menunggu hasil akhir dari semua usaha yang sudah saya lakukan selama satu semester mendalami ilmu di National Chiayi University.
Saat kuliah saya mengambil mata kuliah Theories and Methods of  Teaching. Salah satu tugas yang harus dilakukan adalah mengobservasi guru mata pelajaran bahasa Inggris di sebuah sekolah dasar (SD). Semua serba menakjubkan, padahal SD yang saya datangi itu letaknya di sekitar pinggiran kota. Namanya Minhsiung Elementary School, Chiayi.
Alasan saya memilih sekolah ini karena saya hanya memiliki sepeda sebagai alat transportasi dan letak sekolah itu dekat dengan asrama tempat saya tinggal.
Banyak hal menarik yang saya dapatkan selama melakukan observasi dan berbeda jauh dibandingkan proses pembelajaran yang ada di kampung halaman saya, Aceh. Hal-hal yang berbeda itu, antara lain, disediakan menu makan siang dan kesempatan untuk tidur siang bagi murid-muridnya sebelum melanjutkan pelajaran sesi siang.
Sebenarnya jadwal belajar murid di sini tak jauh beda dengan sebagian SD di Aceh, mereka mulai belajar dari pukul 07.30-04.00. Menurut amatan saya, ini hal yang unik, pada pukul 12.00 siang mereka istirahat, makan siang bersama dengan melahap makanan yang disediakan sekolah.
Setelah sesi makan siang usai, murid-murid diharuskan tidur siang hingga pukul 01.10 dan pelajaran selanjutnya dimulai pada pukul 01.20. Hal seperti ini sebetulnya juga diterapkan di Jepang. Nah, apakah Aceh mau mencobanya?
Hal lain yang beda adalah ruangan khusus. Sekolah ini menyediakan ruangan khusus untuk mata pelajaran bahasa Inggris atau language classroom.  Jadi, tidak dilaksanakan di kelas yang sama seperti mata pelajaran lainnya di negeri kita. Kelasnya pun bagus sekali. Penuh dengan poster, hiasan, dan kata-kata yang sesuai dengan momen tertentu yang sedang diperingati. Kebetulan pada saat saya melakukan penelitian, mereka baru saja merayakan Halloween. Jadi, dekorasi dan kata-katanya banyak yang berbau Halloween.
Hal menarik lainnya adalah fasilitas-fasilitas yang tersedia di dalam kelas seperti rak beserta buku-buku yang menarik terletak di sisi kiri-kanan kelas.
Di setiap kelas juga tersedia dua papan tulis, diletakkan di sisi yang berbeda: di sebelah kiri dan kanan tempat duduk murid. Satu di antaranya papan tulis biasa yang bisa ditulisi dengan kapur dan di sisi lainnya tersedia interactive white board (IWB), fasilitas canggih dan keren yang sedang menjamur di negeri Formosa ini. Setiap proses pembelajaran, guru pasti akan menggunakan kedua papan tulis tersebut.
Jumlah murid pada satu kelas tergolong banyak, lebih kurang 30 orang. Oleh sebab itu, guru membagi murid menjadi beberapa kelompok.
Yang agak aneh, belajar bahasa Inggris di sini dalam seminggu hanya dua kali. Setiap pertemuan hanya menghabiskan waktu 40 menit. Tapi untuk belajar bahasa Inggris di bimbingan belajar atau kursus (cram school)--begitu orang Taiwan menyebutnya--menghabiskan waktu dua jam. Di kursus inilah guru lebih menekankan pada skill reading atau kemampuan membaca.
Selain itu, ada kotak kecil berisi papan nilai di sudut papan tulis. Letaknya di sudut atas kiri papan tulis biasa. Di situ diterakan nilai murid dalam kelas tersebut. Cara ini digunakan guru untuk memotivasi murid dan salah satu cara agar murid tidak bandel selama belajar. Papan nilai ini bisa menunjukkan tingkat keseriusan murid selama belajar. Barangkali guru-guru kelas di Aceh bisa mencoba cara ini.
[email penulis: puan_tursina86@yahoo.com]

0 komentar:

Posting Komentar