Taman Favorit Steve Jobs

SAAT ini saya sedang mengikuti program pertukaran pelajar di Osaka University setelah lulus seleksi oleh Pusat Studi Perdamaian dan Resolusi Konflik Unsyiah bekerja sama dengan Osaka School of International Public Policy (OSIPP) Osaka University.
Desain dan kultur Jepang ternyata berpengaruh besar pada kehidupan Steve Jobs, wirausahawan Amerika, penemu dan visioner yang merupakan salah seorang pendiri Apple Inc. Betapa ia sangat menikmati berjalan di taman-taman Kyoto, sebagaimana dinukilkan dalam biografi Steve Jobs yang meninggal pada Oktober 2011.
Prefektur Kyoto adalah sebuah prefektur (provinsi) di wilayah Kansai pada Pulau Honsu, terletak di tengah-tengah Jepang. Ibu kotanya Kyoto. Kyoto merupakan bagian dari daerah metropolitan Osaka-Kobe-Kyoto. Pernah jadi ibu kota Jepang selama lebih dari ribuan tahun sehingga banyak peninggalan kuil-kuil, istana, taman, dan arsitektur lainnya yang dikenal paling terjaga di Jepang.
Taman-taman Jepang dibangun dengan gaya tradisional Jepang. Prinsip dasar taman Jepang adalah miniaturisasi dari pemandangan alam empat musim di Jepang. Elemen dasar seperti batu-batu dan kolam dipakai untuk melambangkan lanskap alam berukuran besar.
Saya berkunjung ke salah satu taman tersebut, yaitu Ginkaku-ji (Kuil Paviliun Perak). Kuil ini dibangun tahun 1482 sebagai sebuah vila pedesaan di kaki bukit Higashiyama oleh Shogun Ashikaga Yoshimasa (Shogun kedelapan dari periode Muromachi). Ginkaku atau Paviliun Perak merupakan bangunan utama dari Ginkaku Temple yang memiliki dua lantai. Lantai pertama dibuat dengan gaya arsitektur perumahan Jepang dan lantai kedua dibuat dengan gaya Cina di mana terdapat jendela dan pintu geser bergaya Cina.
Di sekeliling Ginkaku, terdapat taman yang sangat indah. Di tengahnya ada kolam bernama Kinkyo. Kolam ini dikelilingi taman seperti lazimnya taman tradisional Jepang. Di dalam taman terdapat pula taman pasir bernama Ginshadan dan gundukan pasir bernama Kogetsudai melambangkan Gunung Fuji. Keduanya dibangun sejak akhir zaman Edo. Kolam dan pohon-pohonnya terawat baik. Keindahan alam pada setiap musimnya diadaptasikan dengan terampil di taman tersebut.
Di belakang Ginkaku Temple terdapat pula bukit Higashiyama. Kita dapat berjalan hingga ke atas bukit tersebut, melewati tanaman momiji (maple Jepang) yang sedang berubah warna pertanda musim gugur; menikmati panorama spektakuler dari Ginkaku Temple dengan latar belakang Kota Kyoto.
Ketenangan dan keindahan Kyoto ini telah menjadikannya sebagai tempat favorit Steve Jobs untuk berkunjung. Hampir setiap tahun ia mengunjungi Kyoto. “Hal yang paling indah yang pernah aku lihat adalah taman-taman di sekitar Kyoto. Saya sangat tersentuh oleh kultur yang telah membuat itu semua,” katanya.
Dari kesederhanaan dan keindahan Kyoto itulah ia mendapatkan inspirasi untuk membuat produk Apple. Produk yang sederhana tetapi memiliki desain dan teknologi yang revolusioner, intuisi, visi, perhatian terhadap detail. Sebuah aturan dasar Steve Jobs yaitu selalu menyederhanakan sebanyak mungkin segala hal; menghilangkan hal-hal yang tidak dibutuhkan. iPod contohnya, sederhana, indah, dan desain yang intuitif menjadikannya produk yang revolusioner pada saat dirilis. Selain itu, warna putih salju pada produk Apple terinspirasi dari warna tatami, tikar Jepang yang digunakan di rumah-rumah bergaya Jepang. “Menggunakan sebuah produk Apple bisa sama indahnya seperti berjalan di salah satu taman di Kyoto,” begitulah digambarkan dalam biografi Steve Jobs.
Melalui Apple, ia dikenal luas sebagai pelopor revolusi perangkat komputer. Ia merevolusi industri dari komputer dan telepon genggam hingga musik dan perfilman. Saat ini Apple merupakan perusahaan paling bernilai di dunia berdasarkan laporan tahunan Interbrand.
Ia juga salah satu pendiri Pixar Animation Studios, perusahaan yang membidani pembuatan animasi, merevolusi dunia perfilman, khususnya animasi dengan memperkenalkan film panjang dengan animasi komputer pertama di dunia.
Steve Jobs meninggal tahun 2011. Dunia kehilangan seorang visioner dan jenius kreatif. Ketika diundang oleh Universitas Stanford untuk memberikan pidato kelulusan mahasiswa tahun 2005, Steve Jobs memberikan pidato yang sangat luar biasa dengan bahasa yang indah, terstruktur, dan penuh dengan kedalaman filosofi, namun mencuatkan semangat hidup. Ia menginspirasi banyak mahasiswa di sana. Di akhir pidatonya ia menutup dengan kata-kata “Stay hungry. Stay foolish.” (Jangan pernah puas. Selalulah merasa bodoh).

0 komentar:

Posting Komentar