Belajar Bahasa Turki di Mesir

DALAM satu bulan ini saya mendapat kesempatan untuk tinggal di asrama Turki di Distrik Muqattam, Kairo. Di asrama ini saya disambut direktur asrama, Ustaz Abdul Majid yang berkewarganegaraan Albania. Hal ini menjadi pengalaman tersendiri bagi saya. Pertama, saya tinggal bersama insan-insan berilmu yang mempunyai semangat belajar yang dahsyat. Kedua, saya mempunyai kesempatan untuk belajar langsung bahasa Turki yang sebenarnya sangatlah mudah.
Sebelumnya saya pernah mengikuti latihan bahasa Turki bersama para pengajar dari lembaga bahasa Turki, Nile School. Kesempatan ini saya ambil ketika proses belajar-mengajar di Universeitas Al-Azhar sedang libur pascaujian.
Komunitas Turki di Mesir memang tidak sebanyak komunitas Indonesia, namun perhatian mereka kepada peningkatan sumber daya manusia (SDM) sangatlah bagus dan terencana, ditandai dengan banyaknya asrama Turki di Mesir.
Kemudian, saya melihat Turki sangat gencar mempromosikan budayanya lewat pengajaran bahasa dan wisata kuliner Turki di Kairo.
Hubungan Turki dengan Indonesia di Mesir berjalan baik, khususnya secara lokal sudah ada hubungan timbal balik antara pelajar Aceh-Turki.
Beberapa minggu lalu, pihak Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) di Mesir memprakarsai acara dialog budaya antara Aceh-Turki. Hadir dalam acara ini pemateri dari Turki, juga hadir Atase Pendidikan KBRI Kairo, Bapak Dr Fahmi Lukman MHum. Acara seperti ini saya rasa sangat penting untuk menumbuhkan semangat bertamaddun.
Saya pribadi sangat berkeinginan untuk bisa melanjutkan studi di Turki, khususnya dalam bidang sejarah-antropologi. Para mahasiswa yang tinggal di asrama Turki ini sering bertanya, bagaimana kabar Aceh, bagaimana keadaan Aceh pascatsunami? Saya bercerita banyak hal, termasuk eksisnya PUKAT, lembaga independen yang berorietasi pada masalah budaya Aceh-Turki. Saya turut menyebut nama Mehmet Ozay, pakar dan peminat sejarah Aceh yang gencar menuliskan pemikirannya tentang sejarah Aceh di surat kabar Turki.
Di asrama Turki di Mesir, saya merasakan budaya Turki yang tak berbeda jauh dengan Aceh, termasuk dalam hal bermuamalah. Terkadang ketika berjabat erat tangan-tangan orang Turki, saya merasakan romantisme hubungan Kesultanan Aceh Darussalam dan Turki Utsmani. Yakni romantisme yang berorientasi pada segala bidang, termasuk bidang ekonomi dan politik. [email penulis: azmi_mali2000@yahoo.com]

0 komentar:

Posting Komentar